Petani Nilam Nelangsa, Harga Minyak Atsiri Turun Drastis
Penulis: Erna Dwi Lidiawati
Parigi Moutong, KOMPAS.com - Petani nilam di desa Maleali, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah terus merugi. Pasalnya saat ini minyak atsiri dari pohon nilam, harganya terjun bebas.
Dari Harga Rp 500 ribu hingga Rp. 650 ribu perkilonya kini terjun bebas menjadi Rp. 415 ribu perkilonya. Harganya yang terus merosot itu membuat petani nilam merugi.
"Musim menanam menurun. Banyak petani diam karena harganya turun. Ongkos petani untuk produksi menurun. Harga pupuk dan obat - obatan yang dibeli petani mahal. Jadi tdk sesuai lagi pendapatan dan pengeluaran," kata Arfi Seran, ketua Kelompok Tani Hutan KTH Rajawali, Desa Maleali, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Rabu (30/3/2020).
Menurutnya waktu harga bagus pembeli dari Makassar dan Kendari datang langsung ke petani. Kini harga minyak atsiri yang turun membuat puluhan petani setop sementara memproduksi minyak atsiri.
Peluang Bisnis
Saat minyak astiri nilam sedang bagus harganya, KTH Rajawali menangkap peluang bagusnya. Yakni menyewakan jasa penyulingan. Alat penyulingan nilam yang dimiliki KTH Rajawali merupakan bantuan dari Program Investasi Hutan Proyek II dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan dukungan World Bank dan Danida. Menurut Arfi jasa sewa penyulingan dipatok dengan harga 100 hingga 150 ribu rupiah.
"Kita bisa layani sampai 4 orang. Dan hasil sewa penyulingan nilam itu uangnya masuk ke kas KTH," kata Arfi.
Namun dengan turunnya harga minyak atsiri nilam usaha tersebut sejenak berhenti.
"Kita menunggu harganya kembali tinggi, " harap Arfi.
Untuk diketahui, minyak atsiri dari pohon nilam mempunyai banyak manfaat beberapa diantaranya adalah mencegah peradangan, membunuh bakteri dan mencegah penuaan. Makanya tidak heran jika minyak atsiri nilam banyak digunakan untuk produk kosmetik.
Minyak nilam atau patchouli oil merupakan salah satu minyak atsiri yang banyak ditemukan di Indonesia. (K68-12)